DengarkanBerita. BANJARMASIN, NETRALNEWS.COM - Kesultanan Banjar menobatkan mantan Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) Jenderal TNI (Purn) Prof Dr Abdullah Mahmud Hendropriyono sebagai PangeranHarya Hikmatdiraja pada acara Milad ke-512 Kesultanan Banjar yang digelar di halaman Mesjid Sultan Suriansyah di Banjarmasin, Sabtu (22/10/2016).. apasumbangan dari sultan agung di kerajaan matara rn. raras n. 30 oktober 2021 04:55. pertanyaan. apa sumbangan dari sultan agung di kerajaan mataram yang membawa pengaruh sampai sekarang ? Kerajaankerajaan tersebut berkembang menjadi kerajaan besar yang menjadi representasi pusat-pusat kekuasaan yang kuat dan mengontrol kerajaan-kerajaan yang lebih kecil di Nusantara. 154 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Hubungan pusat dan daerah hanya dapat berlangsung dalam bentuk hubungan hak dan kewajiban yang saling menguntungkan (mutual Ketigakerajaan tersebut tersohor dengan sebutan Serambi Mekkah, dan mereka menjadi pusat pendidikan dan pengajaran agama Islam di nusantara dengan cara mengarang, menyadur dan menerjemahkan karya-karya keilmuan Islam, yang dimana hal tersebut memebentuk kesatuan budaya yang erat. FBahasan dan Hasil Penelitian. Agama Islam yang luas cakupan untuk menjadi pembahasan, Azyumardi Azra mengkrucutkan kajiannya hanya abad ke-17 dan abad ke-18 saja terkait dengan jaringan ulama Timur Tengah dan kepulauan Nusantara, dalam rangka mencari akar-akar pembaharu pemikiran Islam di Indonesia. persamaan keadaan alam indonesia dengan malaysia adalah. - Sejarah Indonesia baru di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di wilayah nusantara, salah satunya kerajaan Demak. Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, perkembangan Kerajaan Demak dapat dilihat tidak hanya dari aspek politik tetapi juga aspek ekonomi serta sosial dan ekonomi Di bidang ekonomi, Kerajaan Demak berperan penting karena menjadi daerah penghubung antara penghasil rempah-rempah di timur dengan Malaka sebagai pasar di barat. Perdagangan Kerajaan Demak juga maju terlihat dari aktivitas kegiatan ekspor produk ke wilayah lain melalui pelabuhan-pelabuhan yang dimilikinya. Komoditas yang diekspor Kerajaan Demak antara lain beras, madu dan lilin. Ekspor komoditas dari Kerajaan Demak ditujukan ke wilayah Malaka melalui Pelabuhan milik Kerajaan Demak sering menjadi tempat transit kapal-kapal dagang yang hendak ke Selat Malaka dan sebaliknya. Kerajaan Demak mempunyai daerah pertanian yang cukup luas dan sebagai penghasil makanan terutama beras. Melalui kegiatan pertanian dan perdagangan tersebut, kehidupan ekonomi masyarakat di kerajaan Demak berkembang lebih baik. Baca juga Perkembangan Politik Kerajaan Demak Aspek sosial dan budaya Kehidupan masyarakat Kerajaan Demak telah berjalan teratur. Pemerintahan menggunakan hukum Islam. Meski begitu, norma-norma atau tradisi-tradisi lama tidak ditinggalkan. Hasil kebudayaan Kerajaan Demak merupakan kebudayaan yang berkaitan dengan Islam. Tentang Kami Sekapur Sirih Tentang Pertanggungjawaban Akademis Kru Berita Seputar Aktivitas Sekapur Sirih Sampai saat ini, belum ada pendokumentasian warisan sejarah dan budaya tentang kerajaan/kesultanan dari seluruh dunia, yang komprehensif, sistematis, dan akurat, baik dalam bentuk on line maupun bentuk cetak. Kalaupun ada, dokumentasi tersebut masih bersifat parsial, belum sistematis, belum komprehensif, dan belum akurat, serta hanya dimiliki oleh satu-dua kerajaan tertentu saja. Di mana pun di seluruh dunia, kerajaan/kesultanan pada umumnya menjadi pusat kebudayaan dan peradaban. Keberadaan kerajaan/kesultanan di sebuah tempat menunjukkan bahwa komunitas/masyarakat di tempat tersebut sudah mengenal sistem pemerintahan dan tatanan sosial yang mengatur kehidupan masyarakat, terlepas dari apakah sistem tersebut masih sederhana ataupun sudah sangat kompleks. Sebagai pusat kebudayaan dan peradaban, kerajaan/kesultanan menyimpan kekayaan sejarah dan budaya yang sangat banyak, baik yang bersifat tangible maupun intangible. Dari masa ke masa, kekayaan ini bisa bertambah, jika kerajaan tersebut mampu mempertahankan eksistensinya, mampu beradaptasi dengan perubahan tatanan sosial dan tuntutan masyarakat, dan mampu mengembangkan diri untuk menjawab tantangan zaman. Sebaliknya, kekayaan tersebut bisa pula menyusut –bahkan hilang— jika sebuah kerajaan/kesultanan gagal mempertahankan eksistensinya. Apapun kondisi yang ada, apakah sebuah kerajaan/kesultanan masih eksis atau sudah surut, warisan sejarah dan budaya yang pernah dan masih dimilikinya sangat penting untuk didokumentasikan dan dipublikasikan ke seluruh dunia melalui media yang mudah diakses kapan saja, dari manapun, oleh siapa saja, serta cepat dan murah. Untuk menjawab kebutuhan tersebut, website berbahasa Indonesia dan Inggris hadir sebagai perpustakaan digital raksasa untuk menggali, mendokumentasikan, mengolah, serta mempublikasikan warisan sejarah dan budaya kerajaan/kesultanan di seluruh dunia. Untuk itu, kami mengajak segenap pihak yang berkompeten untuk bekerjasama dengan cara sharing data, mengumpulkan data warisan sejarah dan budaya kerajaan/kesultanan yang ada untuk kami olah dan dipublikasikan melalui Banyak manfaat yang akan diperoleh kerajaan/kesultanan yang bergabung dengan . Pertama, sebuah kerajaan/kesultanan akan lebih dikenal secara luas, karena dengan bergabung di maka keberadaan sebuah kerajaan akan diketahui oleh masyarakat di seluruh dunia. Kedua, dengan terdaftarnya sebuah kerajaan/kesultanan di pusat data dan informasi kerajaan seluruh dunia, maka anak-cucu akan selalu bisa mempelajari warisan leluhur yang ada/pernah ada, meskipun mungkin secara fisik warisan tersebut sudah tidak ada wujudnya. Ketiga, apa yang tersimpan di dalam selamanya akan terus-menerus menjadi sumbangan yang sangat besar bagi dunia ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan sejarah dan budaya. Oleh karena demikian besarnya manfaat yang akan dapat dipetik dari keberadaan serta keikutsertaan sebuah kerajaan/kesultanan dalam program revitalisasi warisan sejarah dan budaya kerajaan ini, maka kami berharap segenap pihak untuk menyambut ajakan kami dengan sepenuh hati. Semoga kerjasama ini akan membawa kebaikan bagi umat manusia, terutama di bidang kebudayaan dan peradaban. Atas kerjasama yang baik, kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Tentang hadir berdasarkan pada perluasan makna tentang arti kata “nusantara”. hadir sebagai website yang melintas batas, menghilangkan kesempitan pengertian secara geopolitik tentang makna “nusantara”, kemudian merangkum seluruh wilayah di muka bumi ini ke dalam satu pemahaman yang bernama “nusantara”. hadir dengan dua bahasa, Indonesia dan Inggris. merupakan perpustakaan digital raksasa yang menggali, mendokumentasikan, mengolah, serta mempublikasikan warisan sejarah dan budaya kerajaan/kesultanan di seluruh dunia demi melestarikan dan mengembangkan warisan sejarah dan budaya kerajaan/kesultanan se-dunia. Konsentrasi adalah melakukan kajian dan dokumentasi tentang kerajaan/kesultanan yang pernah dan masih ada di seluruh dunia secara komprehensif, sistematis, akurat, kemudian mempublikasikannya secara on line. Nilai komprehensif, sistematis, dan akurat dari dapat dilihat dari kelengkapan menu-menu yang sangat detail tentang seluk-beluk sebuah kerajaan/kesultanan. Menu-menu yang tersaji tersebut dibagi menjadi beberapa obyek kajian, yaitu kajian tentang kesejarahan meliputi sejarah kerajaan/kesultanan, silsilah dan periode pemerintahan, sistem pemerintahan, wilayah kekuasaan, serta sosial budaya dan agama. Profil raja/sultan serta tokoh keagamaan yang meliputi penulisan tentang raja/sultan/pemangku adat sekarang dan tokoh keagamaan kerajaan/kesultanan ulama, pendeta, penasehat spiritual. Kajian tentang aktivitas raja/sultan/pemangku adat dirangkum ke dalam beberapa penulisan yang meliputi, raja/sultan dan pemerintahan sekarang, aktivitas sosial raja/sultan, gelar kerajaan/kesultanan yang meliputi gelar atau penghargaan yang diberikan oleh raja/sultan kepada kerabat/keturunan dan di luar kerabat/keturunan serta penghargaan atau gelar yang diterima oleh raja/sultan. Kemudian kajian tentang keluarga dan rumah tangga kerajaan/kesultanan yang meliputi penulisan tentang keluarga raja/sultan dan rumahtangga kerajaan/kesultanan. Penulisan tentang istana/keraton juga menjadi obyek kajian tersendiri. Pada bagian ini ditulis tentang istana yang meliputi istana utama, taman, pesanggrahan, pemandian, keputren, benteng, tempat ibadah masjid, gereja, vihara, pura, gereja, dll. Masih pada kajian tentang bangunan ini, ditulis juga kajian tentang petilasan dan makam kubur. Aspek politik juga menjadi perhatian dengan melakukan kajian tentang undang-undang dan hukum adat tentang pemerintahan, tanah atau ulayat, dll. Sebagai pendukung unsur politik, maka kajian tentang pertahanan dan keamanan dengan penulisan tentang militer dan jenjangnya panglima, hulubalang, dan prajurit juga tersedia di website ini. Selain politik dan militer, website ini juga menyediakan kajian tentang seni dan kebudayaan yang meliputi, acara dan upacara upacara penobatan, tolak bala, lingkaran hidup, keagamaan, dan upacara lainnya, adat istiadat kerajaan/kesultanan kelahiran, perkawinan, kematian, dll, seni dan budaya istana seni musik, suara, tari, beladiri, ukir, tenun, dll, kesusastraan sastra lisan dan sastra tulisan, busana kerajaan/kesultanan busana raja/sultan dan ratu, kerabat, pejabat, prajurit, dan rakyat. Tak ketinggalan, kajian tentang kuliner kerajaan/kesultanan masakan, makanan, dan minuman hingga obat dan pengobatan tradisional juga menjadi obyek kajian di website ini. Selain itu, website ini juga menyediakan tentang dokumentasi sebuah kerajaan/kesultanan yang dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu koleksi pusaka, nonpusaka, dan peralatan lainnya, galeri foto meliputi foto sejarah, tentang raja/sultan sekarang, istana dan arsitektur, tempat ibadah, regalia-simbol kekuasaan, pusaka dan nonpusaka, upacara, kesenian, buku, naskah, dokumen penting, busana, militer, makam, petilasan, kuliner, kendaraan, dan binatang peliharaan, berita, opini, artikel, musik, dan video. Kajian selanjutnya adalah penulisan tentang obyek wisata yang terdapat di sekitar kerajaan/kesultanan. Sedangkan sebagai sarana pendukung, website ini juga menyediakan informasi tentang alamat dan peta lokasi kerajaan/kesultanan. Kerajaan/kesultanan yang dimuat di akan dikenal secara luas karena keberadaan kerajaan tersebut akan diketahui oleh masyarakat di seluruh dunia. Dipublikasikannya sebuah kerajaan/kesultanan di menjadikan sumber data yang dimiliki oleh kerajaan/kesultanan tersebut akan abadi dan terus dapat digali demi kepentingan sejarah, budaya, dan ilmu pengetahuan. Selain penelitian yang dilakukan secara mandiri, kekuatan adalah kerjasama dari semua pihak yang merasa peduli dan memiliki data-data tentang kerajaan/kesultanan. Sharing data tentang kerajaan/kesultanan menjadi bagian tak terpisahkan dari kerja kami demi kepentingan ilmu pengetahuan dan pelestarian serta pengembangan warisan sejarah dan budaya. Oleh karena itu, kami menghimbau kepada segenap pihak untuk dapat mendukung kami dengan cara berbagi data tentang kerajaan/kesultanan. Kerjasama dari segenap pihak sangat kami harapkan. Terimakasih. Pertanggungjawaban Akademis Tentang Definisi Nusantara. Secara etimologi, kata ”nusantara” tersusun dari dua kata, ”nusa” dan ”antara”. Jika dikupas dari kata per kata, kata ”nusa” dalam bahasa Sanskerta berarti pulau atau kepulauan[i]. Sedangkan dalam bahasa Latin, kata ”nusa” berasal dari dari kata nesos yang menurut Martin Bernal dapat berarti semenanjung, bahkan suatu bangsa[ii]. Merujuk pada pernyataan Bernal tersebut, maka kata ”nusa” juga mempunyai kesamaan arti dengan kata nation dalam bahasa Inggris yang berarti bangsa. Dari sini bisa ditafsirkan bahwa kata ”nusa” dapat memiliki dua arti, yaitu kepulauan dan bangsa. Kata kedua yaitu ”antara” memiliki padanan dalam bahasa Latin, in dan terra yang berarti antara atau dalam suatu kelompok[iii]. ”Antara” juga mempunyai makna yang sama dengan kata inter dalam bahasa Inggris yang berarti antar antara dan relasi. Sedangkan dalam bahasa Sanskerta, kata ”antara” dapat diartikan sebagai laut, seberang, atau luar sebagaimana pemaknaan dalam Sumpah Palapa Patih Gadjah Mada di Kerajaan Majapahit. Dari sini bisa ditafsirkan bahwa kata ”antara” mempunyai makna, yaitu antar antara, relasi, seberang, dan laut. Dari penjabaran di atas, penggabungan kata ”nusa” dan ”antara” menjadi kata ”nusantara” dapat diartikan sebagai kepulauan yang dipisahkan oleh laut atau bangsa-bangsa yang dipisahkan oleh laut. Arti dari pernyataan pertama dapat merujuk pada keseluruhan wilayah di dunia. Sedangkan pernyataan kedua dapat berarti bangsa-bangsa yang kini telah bersulih menjadi negara-negara di seluruh dunia. Pernyataan kedua juga dapat dikembangkan lagi, yaitu kata ”nusantara” mempunyai persamaan dengan kata ”internasional” international yang jika dikupas dari kata per kata menjadi inter atau antara atau laut dan nation atau bangsa. Sehingga kata ”internasional” international dapat bermakna bangsa-bangsa yang terpisah oleh laut atau dapat pula berarti relasi antara bangsa-bangsa di seluruh dunia. Menilik dari segi sejarah, kata “nusantara” pertama kali tertulis dalam literatur berbahasa Jawa sekitar abad ke-12 sampai 16. Penggunaan kata “nusantara” semakin dikenal ketika Patih Amangkubumi Kerajaan Majapahit, Gadjah Mada mengucapkan kata ini dalam Sumpah Palapa pada tahun 1258 Saka 1336 M[iv]. Pada waktu itu, kata “nusantara” bermakna daerah yang berada di luar pengaruh kebudayaan Jawa atau berada di seberang Jawadwipa Pulau Jawa, terpisah oleh laut, dan menjadi bagian dari wilayah Kerajaan Majapahit. Pada awal abad ke-20, pengertian “nusantara” mengalami pergeseran arti sehingga dipahami sebagai nama suatu wilayah yang merupakan kelanjutan dari nama Hindia Belanda[v]. Nama wilayah ini kemudian dikenal dengan nama Indonesia. Pengertian pada awal abad ke-20 ini selanjutnya dipakai sebagai acuan bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk menyebut wilayah kesatuan yang membentang dari Sabang sampai Merauke sebagai wilayah “nusantara”. Inilah pengertian secara geopolitik yang berasal dari Kerajaan Majapahit dan kemudian dipakai sebagai acuan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk menyebut wilayah Indonesia. Berdasarkan pada penjabaran di atas, wilayah “nusantara” tak hanya dipahami sebagai wilayah terluar Kerajaan Majapahit yang meliputi wilayah Indonesia pada masa sekarang ditambah dengan sebagian wilayah Asia Tenggara. Wilayah “nusantara” juga tak hanya sebagai sebuah wilayah yang membentang dari Sabang sampai Merauke, sebagaimana yang menjadi pemahaman Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai sekarang. Namun, wilayah “nusantara” dapat dipahami sebagai suatu wilayah yang mencakup seluruh dunia. Kesimpulan tentang wilayah ”nusantara” di atas juga berlaku untuk seluruh kerajaan/kesultanan yang pernah ada atau masih eksis hingga saat ini di seluruh dunia. Kerajaan/kesultanan di seluruh dunia tersebut dikatakan sebagai kerajaan nusantara. Hal ini berpijak pada batas geografis di mana seluruh daratan pulau yang dipisahkan oleh laut termasuk dalam pengertian nusantara, sehingga kerajaan nusantara mempunyai arti yang sama dengan kerajaan dunia. Salam Takzim Mahyudin Al Mudra, SH. MM Pendiri dan Pemimpin Umum/Redaksi SumberMartin Bernal, 2006. Black Athena. United States Of America Rutgers University Press. Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto, 1993. Sejarah nasional Indonesia II. Jakarta Balai Pustaka [i] [ii] Martin Bernal, 2006487 [iii] [iv] Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto, 1993434 [v] Mahasiswa/Alumni Universitas Indraprasta PGRI28 Desember 2021 0921Hai Allauna L, kakak bantu jawab ya. Raja beserta keturunan dari Kerajaan Samudera Pasai, Kasultanan Malaka dan Kasultanan Aceh berperan dalam penyebaran ajaran dan kebudayaan agama Islam di Nusantara dan melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis. Untuk lebih jelasnya, yuk pahami penjelasan berikut. Hubungan antar kerajaan Islam sangat bermakna dalam bidang budaya dan keagamaan, dan politik, diantaranya ada Samudera Pasai, Malaka dan Aceh. Banyak dari raja-raja, keturunan raja, dan ulama dari ketiga kerajaan ini melakukan penyebaran agama Islam di Indonesia. Ketiga kerajaan tersebut tersohor dengan sebutan Serambi Mekkah, dan mereka menjadi pusat pendidikan dan pengajaran agama Islam di nusantara dengan cara mengarang, menyadur dan menerjemahkan karya-karya keilmuan Islam, yang dimana hal tersebut memebentuk kesatuan budaya yang erat. Pada abad ke-16 M, bangsa eropa pertama Portugis mulai mendominasi perekonomian dan melakukan monopoli di wilayah Asia Tenggara, raja-raja Islam bekerja sama dan saling membantu untuk melawan dan membendung pengaruh Portugis, terutama agar tidak memasuki wilayah Jawa. "Semoga Membantu" KESULTANAN DI SUMATRA & SEKITARNYA JEUMPA, PERLAK, SAMDURA PASAI, LAMURI, ACEH, DAN MALAKA Berdasarkan buku “Kerajaan Jeumpa Aceh, Khilafah Islam Pertama di Dunia Melayu” karangan Hilmu Bakar pada tahun 2009, dijelaskan bahwa Jeumpa adalah Kerajaan Muslim yang disebut Kesultanan pertama di Nusantara yang didirikan oleh Syahriansyah Salman dari Persia tahun 777 M. Kesultanan Jeumpa memiliki hubungan yang erat dengan berdirinya Kesultanan Perlak, yang lebih sering dianggap sebagai Kesultanan pertama dengan aliran Syi’ah walaupun pada perkembangannya terutama di buku-buku pelajaran sejarah sekolah, Samudera Pasai sebagai Kesultanan pertama di Nusantara. Syahriansyah Salman menikah dengan Puteri Mayang Seuludang dan memiliki beberapa anak, yang salah satunya adalah Puteri Makhdum, ibu dari Sultan pertama Kesultanan Perlak. Sering disebut sebagai Kesultanan pertama di Nusantara walaupun kalah popular dengan Samudra Pasai bahkan Samudra Pasai dalam mayoritas literatur dianggap sebagai Kesultanan pertama di Nusantara. Perbedaan antara Perlak & Samudra Pasai sangat jelas. Perlak beraliran Syi’ah dan Samudra Pasai beraliran Sunni. Menurut pendapat saya masih berupa asumsi tanpa hasil riset Samudra Pasai lebih ditonjolkan dibanding Perlak karena mayoritas Muslim Indonesia beraliran Sunni dan bermazhab Syafi’I, yang juga sama pada Kesultanan Samudra Pasai dan sebagai rasa kebencian terhadap Syi’ah yang sampai sekarang terus bergulir. Perlak berdiri tahun 840 M dengan Sultan pertamanya yakni Sultan Alauddin Syah. Setelah Sultan terakhir Perlak, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan wafat, hubungan Perlak & Samudra Pasai menjadi semakin “erat”. Samudra Pasai berdiri pada tahun 1267 dengan Marah Silu yang berganti sebutan menjadi Sultan Malik Al-Saleh sebagai Sultan pertamanya. Putranya sekaligus Sultan berikutnya, Muhammad Malik Az-Zahir menikahi putri Perlak, Putri Ganggang. Hal itu mengakibatkan penyatuan Perlak terhadap Samdura Pasai yang pada runtuhnya kesultanan ini digabungkan ke dalam Kesultanan Aceh. Kesultanan Lamuri tidak begitu jelas, namun dalam beberapa literatur diketahui bahwa Sultan Lamuri pertama, Malik Syamsuddin wafat pada tahun 822 H. Kesultanan Lamuri dianggap sebagai “cikal-bakal” Kesultanan Aceh, Kesultanan terbesar dan paling jaya di wilayah itu sepanjang sejarah dan baru bisa “ditembus” Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda pada awal abad 20. Dalam Suma Oriental-nya, Tome Pires mencatat bahwa Lamuri tunduk pada Kesultanan Aceh yang didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1496. Kesultanan Malaka didirikan tahun 1492 oleh Parameswara yang bergelar Sultan Megat Iskandar Syah. Parameswara menikah dengan putri Sultan Samdura Pasai yang menyebabkan hubungan kedua kesultanan itu semakin erat. Kesultanan Malaka pada masanya juga menjalin hubungan dengan banyak sekali kesultanan dan kerajaan dari luar Nusantara, karena letaknya yang sangat strategis bagi perdagangan. Namun setelah Malaka ditaklukan Portugis, perdagangan orang-orang Muslim diambil alih ke Kesultanan Aceh. ACEH, PAGARUYUNG DENGAN INDERAPURA, SIGUNTUR, SUNGAI PAGU Kesultanan Inderapura, Pagaruyung, Siguntur, dan Sungai Pagu merupakan pecahan dari Kerajaan Buddha yang pernah berjaya pada masa sebelumnya yang dikuasai oleh Adityawarman di wilayah Minangkabau sebelum Islam berkembang. Keempat Kesultanan tersebut memiliki hubungan yang sangat erat karena Inderapura, Siguntur, dan Sungai Pagu pernah menjadi Vassal dari Kesultanan Pagaruyung. Kesultanan Aceh juga berhubungan erat dengan kesultanan-kesultanan ini karena Aceh pernah mengekspansinya dan akhirnya terhenti berkat perlawanan masing-masing kesultanan tersebut dengan caranya masing-masing. Aceh juga yang menguasai perdagangan pada saat Kesultanan Malaka dikuasai Portugis yang semakin bergantungnya kesultanan lain di Sumatra terhadap Kesultanan Aceh. KESULTANAN DI JAWA DEMAK DENGAN PAJANG, MATARAM, BANTEN, DAN CIREBON Demak didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1481 dan menjadi Kerajaan Muslim pertama di Jawa yang sangat mempengaruhi kesultanan-kesultanan lain. Pada tahun 1561, Sunan Prawoto beserta keluarganya dibunuh oleh Arya Panangsang, kemudian Arya Panangsang dibunuh pula oleh Jaka Tingkir yang lalu memindahkan pusat pemerintahan ke Pajang dan mendirikan Kesultanan Pajang dengan gelar Sultan Hadiwijaya pada tahun 1568. Kesultanan Pajang runtuh saat masa Pangeran Benawa yang tidak memiliki putra mahkota. Lalu Pajang dijadikan negeri bawahan Mataram pimpinan Sutawijaya yang kemudian mendirikan Kesultanan Mataram dengan gelar Panembahan Senapati, putra dari Ki Ageng Pamenahan. Pengislaman Banten & Cirebon adalah pengaruh Demak. Ketiga Kesultanan tersebut sama-sama dipengaruhi oleh salah satu Wali Songo yang sangat terkenal di daerah tersebut terutama Banten & Cirebon, yakni Sunan Gunung Jati. Bahkan khusus Banten & Cirebon sendiri, kedua kesultanan tersebut bagaikan adik-kakak, karena sama-sama “dibesarkan” oleh Sunan Gunung Jati. KESULTANAN DI KALIMANTAN BANJAR DENGAN PASER & BERAU Hubungan Kesultanan Banjar dengan Kesultanan Paser, Berau, dan kesultanan-kesultanan kecil lainnya yang berada di wilayah Kalimantan Selatan & Timur dapat ditemukan dalam Hikayat Banjar yang menjelaskan bahwa Paser & Berau termasuk kesultanan kecil lainnya di wilayah itu merupakan bagian dari Kesultanan Banjar, disebut juga dengan Banjar Raya. Paser & Berau merupakan Vassal dari Kesultanan Banjar. SAMBAS DENGAN BRUNEI & SARAWAK Walaupun saat ini Kesultanan Brunei & Kesultanan Sarawak bukan merupakan bagian dari Republik Indonesia namun keduanya tersebut menjadi bagian dari sejarah kesultanan di Nusantara. Kesultanan Sambas bermula di Kesultanan Brunei yakni saat Sultan Brunei ke 9 –Sultan Muhammad Hasan- wafat pada tahun 1598, lalu digantikan oleh Sultan Abdul Jalilul Akbar yang memerintah selama puluhan tahun. Kemudian terjadi perebutan kekuasaan dengan adiknya, Pangeran Muda Tengah. Untuk menghinadari perpecahan, maka Sultan Abdul Jalilul Akbar memberikan wilayah kekuasaannya yakni Sarawak kepadanya adiknya itu. Maka Pangeran Muda Tengah menjadi Sultan Sarawak dengan gelar Sultan Ibrahim Ali Omar Syah yang lebih popular dengan sebutan Sultan Tengah. Beberapa tahun kemudian Sultan Tengah berpindah ke wilayah Sambas karena terjadi konflik internal kembali dengan kakaknya. Di Sambas, anak Sultan Tengah yakni Raden Sulaiman kemudian dinikahkan oleh putri penguasa Sambas dan mendirikan Kesultanan Sambas yang sebelumnya merupakan Kerajaan Hindu. KESULTANAN DI SULAWESI GOA-TALLO DENGAN BONE-SOPPENG-WAJO Kesultanan Dwi-Tunggal Makassar yang terdiri dari dua kesultanan namun pada hakikatnya satu, yakni Kesultanan Goa & Kesultanan Tallo mendapat ancaman dari beberapa kesultanan di sekitarnya. Untuk itu, kesultanan Bone, Soppeng, dan Wajo bersatu menjadi perserikatan kesultanan untuk melawan kesultanan Goa-Tallo. KESULTANAN DI MALUKU TERNATE & TIDORE Hubungan Kesultanan Ternate & Kesultanan Tidore lebih merupakan perebutan hegemoni kekuasaan, baik kekuasaan politik maupun perdagangan. Ternate yang awalnya bersekutu dengan Portugis diimbangi oleh Tidore yang bersekutu dengan Spanyol. Selain hubungan yang bersifat politik, hubungan antar kesultanan di seluruh penjuru Nusantara juga disebabkan karena ekonomi dan keagamaan. Dalam hal ekonomi sangat jelas buktinya yakni antara hampir seluruh kesultanan di seluruh penjuru Nusantara dengan wilayah Malaka, Jawa, dan Maluku yang pada awalnya Malaka yang menguasai perdagangan. Terlebih setelah Parameswara mendirikan Kesultanan Malaka membuat para pedagang terutama pedagang Muslim semakin gencar melakukan transaksi yang tidak hanya berupa ekonomi, tapi juga budaya dan agama yang paling jelas berpengaruh. Setelah Malaka ditaklukan Portugis pada tahun 1511 dan tempat perdagangan tersebut diambil alih kaum “kafir” maka para pedagang Muslim terpencar ke berbagai wilayah di Nusantara. Aceh mengambil alih bagian utara, Jawa mengambil alih bagian selatan, dan Maluku mengambil alih bagian timur. Itu sebabnya persebaran budaya & agama Islam semakin meresap ke seluruh penjuru wilayah Nusantara karena para pedagang Muslim selain berdagang juga berdakwah menyebarkan agama Islam yang membuat munculnya kerajaan-kerajaan Muslim sebagai pengganti kerajaan-kerajaan sebelumnya yang bercorak Hindu-Buddha dan sejak saat itu terjadi Islamisasi besar-besaran di seluruh penjuru Nusantara, kecuali Papua yang sedikit sekali menerima pengaruh Islamnya. DAFTAR PUSTAKA Yusuf, Mundzirin. Sejarah Peradaban Islam di Indonesia. Yogyakarta Penerbit PUSTAKA. 2006. Almascaty, Hilmu Bakar. Kerajaan Jeumpa Aceh, Khilafah Islam Pertama di Dunia Melayu. 2009. SKI Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sejarah Peradaban Islam di Indonesia. Yogyakarta Penerbit PUSTAKA. 2006. Reid, Anthony. Menuju Sejarah Sumatera, Antara Indonesia dan Dunia. Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 2011. Amran, Rusli. Sumatera Barat hingga Plakat Panjang. Penerbit Sinar Harapan. 1981. Tjandrasasmita, Uka. Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta Kepustakaan Populer Gramedia. 2009. Munoz, Paul Michel. Kerajaan-kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Semenanjung Malaysia. Mitra Abadi. 2009.

apa sumbangan ketiga kesultanan tersebut bagi nusantara